Analisis Usaha Percetakan Rumahan, Tingkat Gagalnya Tinggi!

Membuka usaha percetakan rumahan tentu butuh keberanian. Mengapa? Soalnya lokasi dari usaha itu sendiri adalah di rumah yang seringkali tidak berada di tempat strategis. 

Ibarat judi, memulai usaha ini harus taruhan. Bisa berhasil, bisa juga gagal. Tapi, nyatanya semua bisnis emang begitu. 

Tapi, kegagalan dalam membuat usaha yang tergolong kecil masih bisa diatasi. Laman Investopedia misalnya, menjelaskan ada enam poin penting yang bikin usaha kecil gagal tumbuh. 

Di antaranya adalah tidak melakukan riset pasar, not enough money alias modalnya kecil, belum ada business plan yang jelas, lokasi yang buruk, kaku dengan tren, dan upaya pengembangan yang terlalu cepat. 

Poin yang perlu digarisbawahi adalah lokasi yang buruk. Berpikir untuk membuka usaha rumahan memang sah-sah saja. Tapi, udah paham kan dengan risikonya? 

Potensi Usaha Percetakan Rumahan Gagal Itu Besar!

Ada seorang marketers yakni Abdulaziz M Alhamdan yang menulis di akun Quora pribadinya menjelaskan jika home-based business memiliki chance gagal 183% lebih besar daripada bisnis yang telah terencana dengan sangat baik. 

Ini fakta. Menurutnya, ada tiga hal utama yang jadi alasan kenapa bisnis home-based. Lebih jelasnya cek sini: 

1. Kurang Menghargai Waktu

Saat memulai usaha percetakan rumahan atau bisnis lainnya kurang menghargai waktu jika based-nya ada di rumah. 

Ini emang aneh, tapi buat seseorang yang bekerja di rumah, mereka punya keluarga yang seringkali meremehkan waktu dari anggota keluarga yang menjalankan bisnisnya. 

Ada interupsi, panggilan dari anak kesayangannya, atau tiba-tiba datang tetangga bahkan saudara yang bertamu ke rumah. 

Hal ini tentu membuat konsentrasimu dalam menjalankan bisnis jadi buyar. Menurut penelitian yang menjelaskan tentang flow state, paling tidak kamu membutuhkan paling tidak 20 menit untuk bisa mencapai produktivitas maksimal. 

Jika sudah masuk pada tahap ‘Flow’, maka ide-ide cemerlang untuk mempertahankan bisnis akan muncul dan di sanalah pekerjaan terbaik bisa kamu dapatkan. 

Tapi, jika home-based bisnis, tidak sampai 20 menit mungkin kamu bakal kesusahan untuk berkonsentrasi karena adanya gangguan. Setiap waktu kamu dapet ‘gangguan’, maka tahapan untuk menyelesaikan pekerjaan secara maksimal akan tereset. 

Kamu jadi tidak fokus mengerjakan sesuatu dengan sangat baik dan tentu saja, usaha percetakan rumahan yang kamu bangun jadi taruhannya. 

2. Overwork

Banyak yang berpikir jika mengerjakan bisnis di rumah, mereka memiliki lebih banyak waktu untuk bekerja. 

Bekerja 10 jam? 12 jam? Atau bahkan 18 jam per hari bisa dilakukan jika bekerja di rumah. Tapi, perhitungan macam ini tak selamanya benar. 

Semakin hari, overwork akan membuatmu jadi seperti zombie. Hidup tapi tak ada makna. Ide-ide tidak datang, pekerjaan jadi banyak yang kualitasnya menurun, dan masih banyak lagi ekses lain yang terjadi. 

Overwork but less fun, adalah bencana! Memaksakan diri untuk bekerja lebih, hanya meningkatkan kuantitas pekerjaan. But, tidak dengan kualitas. 

Padahal, ada ungkapan yang menarik, “Quality Beats Quantity”. Mengerjakan sesuatu 1 jam dengan baik dan berkualitas, bisa mengalahkan pekerjaan biasa-biasa saja yang membutuhkan waktu 20 jam per hari karena overworked dan kurang istirahan. 

Think twice, buddy!

3. Tidak Dapat Melihat Realitas

Bekerja di rumah, akan membuatmu hanya berkutat pada ilusi. Bukan kenyataan yang sebenarnya akan dihadapi. Nah, ilusi ini yang bisa mengarahkanmu pada kebangkrutan dan kegagalan. 

Pebisnis harusnya tetap menggunakan telinganya untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh pasar. 

Tapi dengan hanya di rumah saja, banyak yang hanya bisa melakukan apa yang mereka pikir harus lakukan, bukan sesuatu yang memang harus dilakukan karena pasar membutuhkannya. 

Ini adalah ‘biggest killer’ dari bisnis yang home-based. Maka dari itu, di awal kami berikan disclaimer bagi siapa pun yang ingin memulai usaha percetakan rumahan. 

Bagiamana Cara Meminimalisir Kegagalan Usaha Percetakan Rumahan?

Memulai usaha ini, tidak semudah membeli paket usaha percetakan rumahan dan menjalankannya begitu saja. Terdapat rincian komponen yang harus kamu pahami sebelum memulai, serta metode terbaik untuk memulainya. 

Bagaimana cara memulai? Bisa dengan hati-hati menjalankan bisnis yang awalnya bertujuan untuk meminimalisir risiko kegagalan. Caranya, di sini: 

1. Milikilah Rencana

Faster Capital memberikan ‘key’ atau kunci untuk meminimalisir terjadinya kegagalan untuk home-based business. Cara pertamanya dengan memiliki rencana. 

Kamu harus benar-benar mengetahui ide bisnis yang diinginkan, apa yang ingin dicapai, dan cara buat mencapainya. 

Tanpa plan, jauh lebih mudah gagal daripada mereka yang memiliki rencana. Mempunyai rencana, adalah ‘jurus’ yang tepat untuk mendapatkan apa pun termasuk keberhasilan dalam usaha percetakan rumahan. 

2. Riset Dulu

Banyak hal yang perlu kamu pelajari sebelum memulai bisnis. Langkah pertama, yakni dengan memberikan dirimu kesempatan untuk belajar. Kamu bisa belajar tentang bagaimana usaha percetakan bertahan, berjalan, dan berkembang. 

Tidak perlu terlalu terburu-buru. Semesta bekerja sebagaimana mestinya, sesuai jadwal, teratur, perlahan, tapi segalanya bisa tercapai. 

3. Terorganisir

Hal penting lainnya yakni dengan membuat usahamu terorganisir. Kamu perlu membangun sistem untuk melacak pelanggan, keuangan, inventaris, dan berbagai hal lain yang ada kaitannya dengan bisnis. 

4. Membangun Jaringan

Cara terbaik agar modal yang kamu keluarkan tidak sia-sia, bisa dengan membangun jaringan yang mendukung. 

Kamu bisa membangunnya mulai dari keluarga, teman, home-based business owner lain, hingga komunitas online. 

Tak jarang, ide-ide bisa datang dari mereka. Kamu pun bisa memperoleh saran yang begitu berharga di dalam bisnis. 

5. Berharap Sewajarnya

Ekspektasi adalah hal yang perlu kamu atur. Ketika memulai usaha percetakan rumahan, ekspektasimu harus realistis. Memang butuh waktu, dedikasi, dan upaya keras untuk berhasil. 

Jangan berharap sekali kamu menjalankan bisnis ini, bisa langsung berhasil. Itu hanya bisa terjadi saat kamu sabar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan utamamu. 

Baca Juga: Peluang Usaha Fotocopy Masih Menjanjikan, Tapi Bikin Deg-degan!

Tentukan Jenis Usaha Percetakan Rumahan Kamu!

Sebenarnya mau buka usaha itu bukan tentang modalnya dulu. Melainkan kamu udah tahu belum nih mau buka usaha percetakan yang gimana? Soalnya, ada banyak jenis usaha percetakan seperti: 

1. Digital Printing

Pertama, ada jenis digital printing. Usaha ini butuh teknologi dalam prosesnya. Nantinya, hasil akhir bisa diperoleh dengan digital printing. 

Lebih cepat daripada percetakan tradisional. Adapun jenis produk yang umumnya diproduksi adalah: 

  • Custom Product seperti Tumblr, Mug, dan Case Ponsel. 
  • Kartu nama
  • Spanduk
  • Pamflet
  • Flyer
  • Brosur
  • Undangan pernikahan
  • Dan sejenisnya. 

2. Offset Printing

Sebelum banyak yang menjalankan digital printing, offset printing lebih dulu ada dan jadi favorit di dunia percetakan. 

Offset printing terkenal dengan ciri khasnya yang memakai mesin cetak besar. Kemampuan produksi dari segi kuantitas besar juga tidak perlu diragukan. Bahkan mesin percetakan offset dapat memproduksi ribuan eksemplar. 

Tapi, percetakan ini cuma bisa memproduksi memakai material berbahan kertas. Sehingga, sangat cocok untuk mencetak produk seperti: 

  • Buku
  • Kartu undangan
  • Majalah
  • Dan produk berbahan kertas lainnya. 

Harganya tentu lebih terjangkau daripada digital printing. Tapi, tetap ada kekurangannya yaitu proses produksinya relatif lama. 

3. Percetakan Sablon

Jenis usaha percetakan rumahan selanjutnya adalah percetakan sablon. Mungkin, kamu udah nggak asing dengan istilah ini. 

Usaha ini berfokus untuk membuat baju sablon. Tekniknya khas, yaitu menyapu material cetak menggunakan tinta memakai palet dan rakel. 

Teknik ini, masih bisa memakai tenaga manusia. Bisa menggunakan mesin, namun cuma bisa dilakukan ketika objek cetaknya mempunyai 4 warna lebih. 

4. Fleksografi Printing

Kemudian, ada fleksografi printing. Bagi yang belum tahu, ini adalah teknik cetak yang memakai peralatan berbentuk roll. 

Umumnya, teknik ini berguna untuk cetak stiker, koran, hingga kardus. Adapun kelebihannya yakni butuh tinta yang sangat banyak. Tapi enaknya, pembuatannya tidak butuh banyak bahan baku lain. 

5. Rotogravure Printing

Terakhir, ada rotogravure printing. Teknik ini umumnya untuk mencetak produk kemasan berbahan dasar plastik untuk kemasan makanan dan minuman ringan. 

Mirip dengan teknik fleksografi, rotogravure memakai peralatan yang bentuknya roll. Bedanya, teknik ini hanya lebih banyak dipakai untuk mencetak dari bahan dasar plastik dan karton. 

Lima jenis ini bisa jadi pilihan usaha percetakan rumahan kamu. Udah tahu mau pilih yang mana? Penting buat diketahui di awal, soalnya menentukan modal awal yang kamu perlukan. 

Modal Usaha Percetakan Rumahan Tidak Sedikit!

Meskipun sekadar usaha rumahan, minimal modal yang harus kamu keluarkan yakni Rp10 juta – Rp200 juta. Sedikit? Tidak, ini sangat banyak. Rincian modalnya tergantung ke jenis usaha percetakan yang kamu pilih soalnya harga mesin emang ngaruh. 

Tapi setidaknya, kamu harus menyiapkan beberapa perlengkapan dan peralatan utama yang dibutuhin. Ini lengkapnya: 

  • 1 buah komputer: Rp 5.000.000
  • 1 buah printer: Rp 2.231.800
  • Tinta printer: Rp 200.000
  • Kertas HVS: Rp 500.000/10 rim
  • Alat pemotong kertas: Rp 1.299.000
  • Mesin laminating/penjilid: Rp 900.000
  • Amplop, stopmap, dan alat-alat tulis: Rp 200.000

Kalau memang ingin memilih usaha offset atau digital printing, sejumlah peralatan ini bisa kamu gunakan untuk usaha percetakan rumahan kamu: 

  • Mesin hot print: Rp 1.500.000
  • Mesin booklet maker: Rp 850.000
  • Mesin jilid spiral: Rp 500.000
  • Mesin hardcover maker: Rp 5.500.000

Biar lebih detail, total modal yang perlu kamu sediakan untuk usaha percetakan home-based adalah Rp 18.680.800. Ini adalah rincian modal paling masuk akal bagi yang ingin membuka usaha percetakan di rumah sendiri. 

Itulah sedikit analisis mengenai usaha percetakan rumahan yang bisa kamu baca. Udah baca dengan mateng, kan? Masih mau lanjut usaha ini atau tidak? 

Bagikan:

Firdaus Al Faqi, S.E. punya latar belakang pendidikan S1 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember. Orangnya suka nulis tapi nggak jauh-jauh dari tema manajemen, bisnis, dan teknologi. Kelihatannya banting setir dari background pendidikannya, tapi ternyata enggak juga.

Tinggalkan komentar